Namaku Kristi (bukan nama sebenarnya), saat ini usiaku 24
tahun. Sejak lahir aku adalah seorang kristiani, sampai akhirnya aku mengenal
seseorang yang mengenalkan indahnya Islam kepadaku, dia adalah Mas Ilham (bukan
nama sebenarnya), suamiku.
Perkenalanku dengan Mas Ilham terjadi di tahun 2006, saat
itu aku baru saja masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.
Mas Ilham adalah tetangga kosku, saat itu dia sedang bekerja sebagai konsultan
di salah satu perusahaan di kota itu. Sahabatku yang mengenalkan Mas Ilham kepadaku,
saat itu aku sama sekali tak ada perasaan tertarik pada Mas Ilham, karena
selain usia kami yang terpaut cukup jauh (11 Tahun), menurutku Mas Ilham juga
tidak termasuk golongan cowok yang keren yang bisa digandeng, jadi kesan
pertamaku berkenalan dengannya biasa-biasa saja.
Namun lambat laun aku merasa nyaman berada di dekat Mas
Ilham, mungkin karena usianya lebih tua, lebih dewasa dalam menyikapi
kehidupan, banyak memberikan nasihat yang menyejukkan. Semakin lama kami
semakin dekat, dan semakin lama kami semakin tahu bahwa kami berbeda. Selain
beda usia yang terlalu jauh, kami juga beda suku (dia sunda aku jawa), dan yang
palng besar tentu saja kami beda agama.
Entahlah, kami terus saja menjalani hubungan ini, kami tak
menyebut hubungan kami adalah pacaran karena pada kenyataannya memang hubungan
kami lebih seperti hubungan kakak dan adik, dimana Mas Ilham selalu
memperhatikanku, mendengarkan keluh kesahku, dan selalu memberikan
nasihat-nasihat yang menenangkan. Ia tak pernah menuntut dan meminta apapun
dariku. Hingga akhirnya di tahun 2008 Mas Ilham kembali ke Bandung dan
mendirikan perusahaan disana. Meskipun terpisah jarak kami selalu menjalin
komunikasi. Mas Ilham tetap perhatian dan menjadi sosok yang menyenangkan.
Selama rentang waktu 2008 hingga 2012 kami hanya bertemu 2
kali, yaitu saat aku wisuda (tahun 2009) dan saat aku dirawat di rumah sakit
karena kecelakaan (tahun 2010), Mas Ilham datang dari Bandung dan menjengukku
di Jogja. Mas Ilham sudah kukenalkan pada kedua orang tuaku, tapi lagi-lagi
timbul pertanyaan “Mau dibawa kemana hubungan ini?”, kami jelas sangat berbeda,
ibarat air dan api, secara logika tak mungkin disatukan. Dan selama rentang
waktu itu aku berusaha mengkhianati Mas Ilham dengan mencoba berkenalan dan
menjalin hubungan dengan lelaki yang seiman, seperti pesan kedua orang tuaku.
Namun tak pernah kudapati lelaki seiman yang seperti Mas Ilham, rata-rata lelaki
yang kukenal tidak memiliki penghargaan pada wanita, baru kenal sudah
pegang-pegang tangan, merangkul pundak, iiih.. aku risih sekali. Selama 5 tahun
aku menjalin hubungan spesial dengan Mas ilham, tak pernah sekalipun dia menyentuhku,
bahkan memegang tanganku pun hanya jika terpaksa, pernah saat berjalan bersama
kakiku tersandung dan hampir jatuh, barulah Mas Ilham memegang tanganku untuk
mencegah agar aku tak terjatuh. Selebihnya, Mas Ilham tak pernah menyentuhku, ia
sangat menghormatiku sebagai wanita.
Dari akhlak Mas Ilham itulah akhirnya aku menemukan hidayah.
Ternyata Islam mengajarkan cinta yang begitu indah. Setiap malam Mas Ilham
menelponku, kemudian mengajarkan banyak hal tentang Islam. Bahkan sebelum
memeluk Islam aku sudah hafal Surat Al-Fatikhah dan do’a –do’a sederhana seperti
do’a mau makan dan do’a mau tidur. Selama belajar Islam itu aku menemukan
kedamaian yang sebelumnya tak pernah kurasakan.
Hingga di penghujung tahun 2012 aku menumpahkan segala isi
hatiku pada Mas Ilham, aku berterus terang, aku sempat berusaha
mengkhianatinya, namun tak ada lelaki sebaik dia. Dan aku berterus terang ingin
menjadi pemeluk agama Islam. Kudengar isak tangis Mas Ilham dari telpon
genggamku, ia mengucapkan “Allohuakbar” dengan begitu lantang, lalu untuk
memantapkan hatiku dia mengundangku untuk mengunjungi orang tuanya di Bandung.
Hal yang membuatku terharu saat itu adalah menurut Ibu kandung
Mas Ilham, aku adalah wanita pertama yang diajak ke rumah dan dikenalkan pada
orang tuanya, sebelumnya bahkan Mas Ilham tak pernah bercerita ia sedang dekat
dengan siapa. Sehingga saat aku ke Bandung keluarga besar Mas Ilham sudah
berkumpul dan dengan penuh haru menyambutku. Hatiku kembali bergetar, dimana
lagi aku temukan sosok lelaki seperti ini, keluarga yang begitu hangat seperti
ini. Ibu Mas Ilham mengajariku cara memakai jilbab, mengajarkan bagaimana
seharusnya akhlak seorang muslimah hingga akhirnya membimbingku mengucapkan 2
kalimat syahadat, dan aku pun menjadi muallaf.
5 Hari aku berada di Bandung, kemudian Mas Ilham
mengantarkanku pulang sekaligus menemui kedua orang tuaku untuk melamar.
Awalnya aku sedikit khawatir ayah akan menolak lamaran Mas Ilham, apalagi jika
tahu aku menjadi pemeluk agama Islam. Tapi kakak kandungku mendukungku, ya,
dari empat bersaudara, ada satu kakak kandungku yang lebih dulu sudah memeluk
agama Islam. Singkat kata akhirnya lamaran Mas Ilham diterima, kamipun menikah
di awal tahun 2013. Sebuah kisah cinta yang panjang, dan sebuah kisah indah
hingga akhirnya aku menemukan hidayah.
*kisah ini adalah kisah nyata, Kristi adalah sahabat Uge
yang secara eksklusif menceritakan kisah hidupnya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar