Halaman

Senin, 30 September 2013

Perbincangan Kyai dan Santrinya tentang Miss World



Alkisah, di suatu waktu, di sebuah pondok pesantren, di pelosok Sukabumi, Jawa Barat, Kyai Marwan Syarifin tampak sedang terlibat dialog serius dengan seorang mantan santrinya.  Sangidi Riawan, sang mantan santri itu sengaja datang dari Jakarta menemui gurunya. Ia dilanda kegelisahan mendalam tentang situasi umat Islam akhir-akhir ini, terkait dengan isu Miss World. Di kampusnya, mahasiswa terbelah dua:  yang pro dan kontra terhadap penyelenggaraan kontes Miss World. Bahkan, di kalangan aktivis mahasiswa Islam, ada juga yang secara terbuka mendukung kontes Miss World. 

Sangidi gelisah. Gurunya, Kyai Marwan, dilihatnya tergabung dalam demonstrasi menentang kontes Miss World. Di mata Sangidi, penyelenggara Miss World telah melakukan upaya mulia untuk kemajuan bangsa, karena telah mengubah konsep Miss World menjadi kontes tanpa bikini. Budaya dan pariwisata Indonesia pun diharapkan dapat makin meningkat. 

Meski sempat mengenyam pendidikan pesantren, di bawah asuhan Kyai mumpuni pula,  pergaulan hidup dan informasi global telah mengubah pola pikirnya. Sangidi kini dikenal sebagai aktivis mahasiswa. Latar belakangnya sebagai lulusan pesantren terkenal pun menambah daya tarik tersendiri. Lidahnya fasih melafalkan berbagai hujjah, dilengkapi dengan hiasan istilah-istilah Inggris dan Arab. 

Meskipun sangat tidak lazim bagi seorang santri untuk mmengkritisi pendapat atau tindakan kyai, kali ini, Sangidi memaksakan diri bertanya dan jika  perlu mengkritisi pendapat-pendapat gurunya. Tekadnya sudah bulat untuk – jika mungkin – membawa gurunya itu ke kubu pendukung kontes Miss World. Sekurangnya, tidak aktif menentangnya.

Kamis, 19 September 2013

Surat Terbuka - Santri Galau



Untukmu yang teristimewa,
 
Sungguh tak dapat kupungkiri.. pesonamu, kecerdasanmu, akhlakmu.. menyejukkan panas gersang kehidupanku, menumbuhkan bunga asmara nan rindang dan meneduhkan.

Hati kita terpaut, dalam diam, dalam kesunyian..

Hingga saat kerinduan itu membuncah, dunia maya seolah menjadi nyata, kita bertemu, menyapa.. sekedarnya, hingga semua pun kembali seperti semula, sunyi..

Tak ada yang dapat kuungkapkan saat ini.. 

Apakah ini cinta? Semoga kita tak terpedaya,

Sekuat daya kutepis bayangmu dari khusyukku, menyiapkan hatiku, menyiapkan ilmuku, menyiapkan segalanya untuk menjemputmu..

Entah kapan aku siap, entah sampai kapan engkau mampu menunggu..

Jangan butakan hatimu hanya karena keberadaanku, melangkahlah maju

Semuanya telah diatur, semuanya telah ditentukan

Alloh tahu yang terbaik untukmu, untukku, untuk kita

Doaku selalu untukmu, wahai yang teristimewa