“Setahun yang lalu, Mak Yati (65 tahun) yang sehari-hari
bekerja sebagai pemulung berkurban 2 ekor kambing setelah menabung 3 tahun.”
(selengkapnya)
“Tahun ini, Pak Bambang (51 tahun) yang sehari-hari bekerja
sebagai tukang becak berkurban 1 ekor sapi.” (selengkapnya)
==========
“Di sudut yang lain, 2 orang kakek-nenek meninggal dunia
karena terinjak-injak saat antri (berebut) bersama warga lain untuk mendapatkan
daging kurban.” (selengkapnya)
“Beberapa warga yang memperoleh daging kurban lalu
menjualnya kembali ke tempat yang tidak jauh dari masjid.” (selengkapnya)
==========
Mari renungkan, kita yang lebih mampu, yang penghasilannya
lebih banyak, yang status sosialnya lebih tinggi, yang tingkat kemakmurannya
jauh di atas Mak Yati dan Pak Bambang sudahkah terpikirkan untuk rutin menyisihkan
harta untuk berkurban? atau setiap tahun hanya mengharap uluran daging kurban?
“Tidak ada amalan yang diperbuat
manusia pada hari raya kurban yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih
hewan. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta
tanduk-tanduknya, bulu-bulu dan kuku-kukunya. Sesungguhnya sebelum darah kurban
itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima di sisi Allah. Maka
tenangkanlah jiwa dengan berkurban. (HR.
Tirmidzi)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar