Saya baru saja berbincang dengan sahabat saya, namanya Abi.
Dia bercerita tentang kisah cintanya jaman jahiliyah dulu yang akhirnya kandas
di tengah jalan.
Dia mengatakan “kenapa kita membenci sesuatu yang sangat kita
sayangi?”,
jawabannya adalah “karena sesuatu yang dimaksud tidak sesuai
dengan harapan kita”,
ya besarnya harapan akan berbanding lurus dengan besarnya
kekecewaan. Apalagi jika kita menggantungkan harapan pada sesama manusia, pasti
banyak kecewanya, seharusnya kita menggantungkan harapan hanya pada Gusti Alloh
semata, karena DIA-lah yang menentukan akan memenuhi harapan kita atau
menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.
Si Abi ini telah menjalin hubungan dengan seorang gadis,
sebut saja melati, selama kurang-lebih 3 tahun. Hari-hari mereka lalui dengan
bahagia, berbunga-bunga (kata si Abi). Kemana-mana selalu berdua, makan berdua,
belanja berdua, nonton berdua, jahiliyah banget pokoknya. Sampai pada suatu
saat tiba-tiba si Melati minta putus tanpa sebab yang jelas. Yang jadi alasan
saat itu adalah karena long distance, si
Abi kerja di Malang, sementara si Melati masih kuliah di Kediri. Si Melati merasa
kurang diperhatikan, tidak seperti dulu saat belum long distance.
Juedeeer,, si Abi
merasa seperti kejatuhan meteor di siang bolong. Hatinya remuk seketika. Wajar
saja si Abi sangat berharap Melati bisa menjadi istrinya kelak, karena itu si
Abi bekerja keras agar bisa segera melamar Melati. Tapi apa mau dikata, harapan
tinggal harapan, mimpipun hanya sekedar mimpi. Singkat kata hari itu juga
mereka putus hubungan. Si Abi pun dilanda GALAU berkepanjangan, entah si
Melati, apakah dia GALAU juga?
Bayangkan saja, 3 tahun menjalin hubungan, sudah berpikir kea
rah pernikahan, bahkan mungkin si Abi sudah tidak berpikir mencari calon istri
lain selain Melati, namun tiba-tiba hubungan mereka kandas di tengah jalan. Ya
si Abi sangat mencintai Melati, itulah yang membuatnya menderita GALAU stadium
lanjut, makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, semangat kerja pun hilang entah
kemana.
Di lain pihak tidak lama setelah itu, Abi mengetahui jika
Surti telah menjalin hubungan dengan pria lain. Mungkin selama Abi di luar kota
ada pria yang lebih memperhatikan Surti, sesuatu yang tidak bisa Abi berikan
semenjak mereka long distance. Ya
sesuai prinsip ekonomi, siapa yang memberikan penawaran lebih baik maka dia
yang akan memenangkan hati konsumen. Siapa yang bisa memberikan perhatian
lebih, maka dia yang akan mendapatkan simpati dari si pujaan hati.
Abi pun tidak habis pikir, GALAU-nya bertambah parah, bulan
demi bulan pun berlalu. Meskipun di lidah ia berkata sudah melupakan Surti,
tapi toh hatinya tidak bisa mengingkari jika ia terus memikirkannya. Ia ingin
segera lari dari kenyataan bahwa saat ini orang yang paling dia benci adalah
orang yang paling dia sayangi. Hingga suatu saat pada sebuah perjalanan
Solo-Malang ia bertemu dengan seorang gadis di kereta. Awalnya mereka
ngobrol-ngobrol karena kebetulan sama-sama berangkat dari Solo, hingga akhirnya
kenalan dan bertukar nomor handphone.
Kalau Tuhan berkehendak maka apapun bisa terjadi, si Abi yang
cinta mati pada Surti pun akhirnya bisa terlepas dari ke-GALAU-annya selama
ini. Singkat kata Abi kini menjalin hubungan serius dengan gadis yang
dikenalnya di kereta itu dan akan segera melangkah ke pelaminan. Memang urusan
hati, harusnya diserahkan ke Yang Maha Membolak-balikan hati.
Abi pun bisa mengambil hikmah dari kisah ini, Tuhan itu pasti
punya rencana dalam setiap kejadian pada kehidupan kita. Tuhan telah membuka
tabir Surti yang ternyata tidak setia dan mudah tergoda. Jelas untuk saat itu
dia bukan wanita yang tepat untuk dijadikan istri. Dan kini Abi telah menemukan
penggantinya, pengganti yang lebih baik menurut versinya. Kalau di flash back lagi ternyata GALAU itu
sia-sia, untuk apa kita sampai susah makan, susah tidur hanya karena memikirkan
orang yang nun jauh disana pun tidak memikirkan kita.
Well, kesimpulan dari
kisah ini adalah GALAU karena cinta hanya bisa diobati dengan cinta yang lain
dalam hidup kita. Tapi bukan berarti setelah patah hati kita lalu mengumbar
cinta hanya untuk mencari pelampiasan. Tidak usah jauh-jauh, Gusti Alloh adalah
sosok yang sangat mencintai kita sebagai hamba-Nya, curhat saja dengan DIA,
dekatilah DIA, pasti deh sembuh GALAU-nya. Dan disela doamu pada-Nya mohonlah:
“Ya Tuhan, cukupkan kadar cinta diantara kami, jangan Engkau kurangi, jangan pula Engkau
lebihkan..
Jangan Engkau kurangi hingga kami saling membenci,
Jangan pula Engkau lebihkan hingga melebihi cinta kami
pada-Mu..
Jika ia jodohku maka dekatkanlah,
Jika ia bukan jodohku maka berikanlah jodoh yang terbaik
baginya juga bagiku,
Karena sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Mu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar